Musi Rawas, (NaskahRakyat) – Dosen dan mahasiswa ilmu perikanan Universitas Bina Insan (UNIVBI) Lubuklinggau menjalani penelitian lapang di Desa Sungai Pinang, Sabtu (6/11). Kegiatan yang mengusung tema Menggali Potensi Perikanan Sungai Pinang, yang dilaksanakan di Desa Sungai Pinang, Kecamatan Muara Lakitan, Kabupaten Musi Rawas. Senin (15/11/2021).
Kegiatan ini merupakan salah satu wujud implementasi kerjasama Momerandum of Understanding (MOU) antara Universitas Bina Insan dan Pemerintah Desa Sungai Pinang yang ditandatangani pada Kamis 23 September 2021 lalu. Beberapa kegiatan turunan dari MoU tersebut akan dilakukan selama lima tahun ke depan.
Kegiatan yang dilakukan selama sehari ini, dosen mengantarkan mahasiswa mengenal lapangan khususnya untuk beberapa mata kuliah seperti Dasar-dasar Penangkapan Ikan, Biologi Perikanan, Bioreproduksi Ikan,dan Kualitas Air. Pengenalan lapangan ini diikuti oleh mahasiswa semester lima dan semester tiga.
Alyan Faris sebagai Ketua Panitia penelitian lapangan ini mengungkapkan bahwa kegiatan ini menambah pemahaman selain teoritis di ruang kelas, juga sebagai pengalaman lapangan. “Kami mendapatkan pengalaman lapangan berupa teknik wawancara, pengumpulan data, cara penangkapan ikan, dan juga interpretasi data dalam melihat potensi perikanan di wilayah Musi Rawas dalam hal ini Sungai Pinang”, terangnya.
Selain mahasiswa, terdapat tiga orang dosen yang membimbing mahasiswa selama perkuliahan lapangan ini yaitu La Ode Wahidin M.Si, Rudiansyah, M.Si dan Neksidin, M.Si.
Pengumpulan data lapangan dalam kegiatan tersebut dibagi ke dalam dua tim yaitu tim sosial ekonomi masyarakat dan tim observasi ikan. Tim pertama mewawancarai para pelaku perikanan yang ada di Desa Sungai Pinang.
Hasil wawancara menemukan Sungai Pinang memiliki potensi ikan yang melimpah yang ditangkap dengan beberapa alat tangkap seperti Joran, Tajur, Rawai, Jaring, Tangkul dan Corong. Lebih dari 12 jenis ikan air tawar di desa ini seperti ikan tapah, baung, keting, lais, lampam, layangan, sepat, betok, belida, tembakang, putihan, dan nilem.
Ikan khas desa ini adalah ikan tapah. Potensi ikan ini sangat besar pada waktu-waktu tertentu khsusnya saat musim hujan. Ikan tapah melakukan pemijahan/bertelur (spawning) di hulu Sungai Pinang. Alat tangkap ikan unik di desa ini adalah corong. Alat tangkap ini dibuat khusus berbentuk corong melawan arah arus dan dipasang secara permanen di badan sungai dan sangat efektif menangkap ikan saat musim hujan.
Tim kedua yang melakukan observasi ikan pada alat tangkap corong menemukan 9 (sembilan) jenis ikan dari dua belas jenis yang disebutkan di atas. Saat pengamatan, ikan putihan merupakan ikan paling dominan tertangkap. Sayang sekali, saat pengamatan lapangan ini, ikan tapah belum ada yang tertangkap.
Informasi yang diperoleh di lapangan mengungkapkan bahwa ikan tapah tertangkap atau muncul biasanya di Sungai Pinang saat musim penghujan, biasanya saat bulan oktober akhir sampai dengan Januari sepanjang tahun.
Pemanfaatan Sungai Pinang sebagai daerah penangkapan (fishing ground) dikelola oleh Pemerintah Desa Sungai Pinang dengan menggunakan pola lelang. Peserta lelang berasal dari warga desa setempat. Nilai lelang tertinggi yang akan menjadi pemenang untuk pemasangan alat tangkap corong di hulu Sungai Pinang. Uang hasil lelang dipergunakan untuk pembangunan infrastruktur desa seperti Musholah. Pemanfaatan potensi perikanan Sungai Pinang ke depan harus dapat berkelanjutan.
Kepala Desa Sungai Pinang, Lesi Susanty, Am. Kep yang saat ditemui di kediamannya di Sungai Pinang, menekankan untuk kegiatan perikanan di desanya harus dijalankan secara lestari.
“Jangan ada masyarakat yang menangkap ikan dengan cara potas atau setrum, khususnya untuk ikan tapah yang menjadi primadona desa ini”, tuturnya.
Pengembangan Perikanan yang berkelanjutan menjadi tanggungjawab bersama, sehingga akan dapat menjamin kelangsungan sumberdaya perikanan di masa yang akan datang.
Hadirnya Program Studi Ilmu Perikanan Universitas Bina Insan dengan visi menghasilkan lulusan yang dapat mengimplementasikan ilmu perikanan yang ramah lingkungan secara mandiri dan inovatif berbasis keunggulan lokal, kewirausahaan, dan teknologi informasi (IT) di Sumatera bagian selatan pada tahun 2024, adalah menjadi jembatan pengetahuan bagi generasi muda di wilayah ini untuk mengenal dan menggali potensi perikanan yang ada di berbagai sungai baik kecil maupun besar di wilayah Sumatera Selatan.
Rektor Universitas Bina Insan, Dr. H. Sardiyo, saat ditemui di ruang kerjanya, mengungkapkan “implementasi Kerjasama seperti yang dilakukan dilakukan oleh Dosen dan Mahasiswa Ilmu Perikanan tersebut merupakan wujud dari Tri Dharma Perguruan Tinggi Kampus UnivBI. Ke depan, kegiatan serupa akan dilakukan oleh program studi lain di desa tersebut yang harapannya akan menjadi desa binaan dari kampus kami,” tuturnya. (Padri)