Lubuklinggau, (Naskah Rakyat) – Kejuaraan Liga Voli Sumsel (Livoli) di Lapangan Kaphota Asrama Denhubrem 044/Gapo Jalan Naskah KM 7 Palembang menuai kritik. (19/3/2023).
Hal ini dikarenakan pihak panitia pelaksana terkesan merugikan salah satu club bola voli asal Kota Lubuklinggau PBV Caroline.
Ini terkuak, saat Manager Club PBV Caroline, Caroline,SH, menjelaskan bahwa tim yang ia pimpin di diskualifikasi karena tidak bisa hadir dalam pelaksanaan final. Ketidakhadiran mereka dikarenakan adanya pergantian jadwal final yang semula dilaksanakan pada tanggal 10/11/12 Maret menjadi 17/18/19 Maret tanpa berkoordinasi dengan finalis.
“Anak-anak PBV Caroline 80 persen pelajar, saat ini sedang mengikuti ujian sekolah,” ungkap Ulit sapaan karib Caroline.
Padahal, mereka sudah menyiapkan segala sesuatunya demi keberangkatan untuk final 10/11/12 Maret, bahkan sampai mengosongkan jadwal turnamen Caroline Cup pada tanggal tersebut.
“Kami sangat dirugikan dengan keputusan tersebut, sudah banyak yang kami keluarkan untuk mengikuti kejuaran ini. Panitia tidak memikirkan kerugian materiil yang kami tanggung selama proses pertandingan dalam jangka waktu 2 bulan, sampai pada terakhir kami harus cancel tiket kereta api,”jelas Caroline.
Lucunya lagi, setelah di diskualifikasi muncul tim lain pengganti yang masuk ke babak final 4 besar maju secara otomatis. Apalagi di Ketentuan Peserta dalam Tehnikal Handbook (THB Cabor Bola Voli) poin 14 berbunyi : Tim yang terlambat datang 15 menit dari jadwal pertandingan dinyatakan kalah WO. Poin 15 berbunyi : Tim yang menolak bertanding sesuai ketentuan dinyatakan kalah WO.
“Tidak ada ketentuan dari peraturan bahwa di final harus hadir dan justru yang ada adalah jika peserta tidak hadir dianggap kalah WO,” beber Ulit .
Dalam hal ini, Ulit, sapaan karib Caroline, tidak pernah mempermasalahkan tim dari Muba yang juara, karena memang keadaan dari anak-anak tidak mengizinkan untuk berangkat. Namun, Ulit mempertanyakan keputusan panitia dengan langsung menggantikan finalis 3 dan 4.
Pihaknya mempertanyakan dasar panitia melalukan didiskualifikasi. Jikalau diputuskan panitia berdasarkan hasil rapat, PBV Caroline meminta release atau surat keputusan yang jelas dari panitia pelaksana dan dewan hakim.
“Jika memang ada aturannya saya minta, serta aturannya dari mana dengan mengganti finalis,” tegas Ulit.
Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana Livoli Sumsel, M Andianto ketika dikonfirmasi menjelaskan tim caroline didiskualifikasi karena tidak hadir. Dan mereka mengambil keputusan tidak secara sepihak tapi bersama-sama dengan panitia besar.
“Pada prinsifnya, kami tidak menjatuhkan tim lain, tapikan kita ada satu system, nah tim caroline tidak ada satupun yang hadir,bahkan wakilpun tidak ada, setelah jam mau main,malamnya baru kasih kabar,” jelas Andianto.
Seharusnya setelah jadwal keluar, pihak caroline memberi kabar, apakah minta diundur. Sehingga mereka (panitia) bisa toleran, dari toleran ini pihaknya mencari solusi.
Mereka panitia besar berkordinasi, dimana diwajibkan harus ada yang main, sehingga mereka mencari pool yang sama dengan pool tim caroline. Dan mereka tidak sembarang meletakan tim pengganti.
“Pool yang kita cari pool yang sama dengan caroline, yakni tim memiliki nilai terbesar dibawah caroline, walaupun mereka kalah, tapikan skornya dibawah caroline, nah kalau kami ngambilnya diluar garisnya caroline lawan waktu pertama baru kami salah,” jelas Andianto.
Ia mengungkapkan, kalau ada dua tim caroline yang masuk empat besar, satu di semifinal, satunya final. Disemifinal, tidak ada kabar, namun 9 malam baru memberi kabar. Sedangkan di pertandingan mesti hadir, karena akan dimasukan dalam media.
“Kan inikan event besar, kok ngak ada pemenang dan pemainnya,kan lucu, nanti beritanya malah kita cacat, dan kita bukan ambil kebijakan sendiri ini, tapi ini keputusan panitia besar, kan rugi,wasit sudah rugi,panitia datang,ngasih makan, kita ada alur-alurnya,” bebernya. (Padri)